濱田ノア

Hamada Noa


Copyright © ksg_noa, Agustus 2020.
All right reserved.

Do you care
or
just curious ?

Secuil Data Diri

Birth Name
Hamada Noa
( 濱田ノア ).
━━━━━━━━
Called As
Noa.
━━━━━━━━
Place of Birth
Mishima Village, Kagoshima District.
━━━━━━━━
Date of Birth
August 20, 2005.
━━━━━━━━
Nationality
Japan.

Blood Type
AB.
━━━━━━━━
Sign
Leo ( ♌︎ ).
━━━━━━━━
Height
± 173 cm (5’8″).
━━━━━━━━
Weight
± 56 kg (123 lbs).
━━━━━━━━
Major
RIKYŪ(利休).
━━━━━━━━
Minor Class
Art Music.
━━━━━━━━
Grade
1st.

Persona Pribadi

Personality Type :
ISFJ - T

Introvert.
Memori lama yang cukup mengerikan membentuk pribadi Hamada Noa menjadi sangat tertutup. Ia lebih nyaman sendiri demi menghindar dari segala kemungkinan timbulnya trauma saat berinteraksi. Namun tidak berarti ia akan berdiam diri jika berhadapan dengan orang lain. Noa sangat menghargai kualitas dibanding kuantitas.

Repress His Feelings.
Dapat dikata amat jarang bagi Noa untuk mengekspresikan emosi yang dirasa; merupakan salah satu ciri khas si tunggal Hamada. Sekilas, ia akan terlihat cuek dan tidak peduli terhadap sekitar. Namun justru ketidakpeduliannya merupakan topeng pelindung dari pribadinya yang sensitif. Demi melindungi perasaan orang lain, ia harus melindungi perasaan diri sendiri. Karenanya Noa lebih banyak diam menyembunyikan emosi. Contohnya seperti sikap yang ditunjukkan kepada sang Ibu; Noa akan selalu tersenyum di depan sang Ibu walau segala tekanan dan ekspektasi yang diberikan sering mengundang stress atau frustasi.

Observant & Supportive.
Noa tipikal pengamat yang baik, walau bukan pelaksana yang apik. Ia dapat dengan mudahnya membantu orang lain semampu yang ia bisa dalam hal apapun, termasuk waktu pun fisiknya. Namun seringkali simpati atau empatinya justru dimanfaatkan orang lain untuk kepentingan ego mereka.

Loyal.
Kecilnya lingkup sosial yang dimiliki justru membangun pribadi Noa menjadi loyal dan royal; jika ia nyaman, ia akan mati-matian mempertahankan kenyamanan tersebut. Contohnya seperti hubungan (sangat) baik dengan kedua temannya sejak SMP, Eiji dan Yūkanna. Berawal dari hukuman bersama yang diterima saat SMP, moment ketiganya terus berlanjut menjadi sahabat yang saling ambil peran untuk mengisi kekurangan satu sama lain.

Absurd.
Jika bersama orang-orang ternyaman, Noa dapat dikata ‘asik’ untuk diajak bercengkrama, terlebih obrolan hangat kala sindir-menyindir. Tidak jarang Noa menunjukkan sisi konyolnya yang dapat disebut tidak tahu malu. Ia tidak akan segan menunjukkan kepribadiannya yang sangat bertolak belakang dengan penampilannya yang tenang. Pun tidak jarang baginya untuk melontarkan candaan-candaan ringan yang mungkin tidak lucu bagi orang lain.

Imaginative.
Noa memiliki daya khayal yang cukup tinggi perihal hal-hal kecil; seringkali muncul tanpa sadar ketika rasa simpati atau empatinya muncul. Ia cenderung membangun konklusi pribadi saat mengamati keadaan emosional orang lain berdasarkan sudut pandangnya tanpa mengungkapkan hal itu, yang seringkali menjadi bumerang untuk dirinya sendiri.

Reluctant to Change.
Pribadi Noa sangat menghargai keputusan yang diambil tanpa pernah menyesalinya. Tidak jarang memutuskan dan melakukan segala sesuatu atas kehendak sendiri, walau tetap berpegang teguh pada logika dan analisis. Kendati demikian, dirinya selalu bertanggung jawab atas segala hal yang diperbuat baik itu sengaja ataupun tidak.

Hardworking but Overload Themselves.
Noa menerapkan prinsip sang Ibu,
Just do your best in every action”.
Walau jarang menampakkan antusiasnya terhadap apa yang dikerjakan, ia selalu berusaha untuk mencapai yang terbaik. Namun terkadang, sisi perfeksionisnya berpadu dengan rasa enggan terhadap konflik emosional yang justru membebani diri sendiri. Contohnya seperti harapan besar sang Ibu agar Noa bisa menjadi penerus bisnis yang apik walau Noa sendiri tidak terlalu minat pada industri bisnis. Harapan dibalas harapan, Noa hanya ingin sang Ibu bisa bahagia walau ia harus berjuang secara diam-diam untuk memenuhinya.

Pemanis Fakta

  • Mengidap PTSD terhadap suara denting kaca atau kaca jatuh.

  • Hanya Eiji dan Yūkanna, sahabatnya sejak SMP yang mengetahui trauma yang dialami Noa.

  • Sangat tertarik dengan hal-hal berbau seni seperti musik, sketsa, potret atau tari.

  • Mampu memainkan piano dan gitar.

  • Seringkali merangkai nada menjadi melodi miliknya; membuat sebait-dua bait lagu walau tidak pernah dipublikasikan.

  • Cenderung menghindari aktivitas fisik seperti olahraga terlebih perkelahian.

  • Selain suara denting kaca atau kaca pecah, seringkali perkelahian fisik dapat mengundang traumanya kambuh.

  • Penikmat makanan manis dan tidak tahan makanan pedas.

  • Menyukai Hiu dan memiliki boneka Hiu sebagai teman tidurnya.

  • Menyukai hujan dan musim dingin, tidak suka musim panas.

Si Pemilik Rupa

TitleInformation
Name:Hamada Asahi
Japanese:浜田朝光
Group:TREASURE
Birthdate:August 20, 2001.
Birthplace:Japan.
Sign:Leo.
Blood Type:AB.
Height:173 cm (5’8″)
Weight:56 kg (123 lbs)
  • Asahi’s motto is “Good attitude, good mood, good music”.

  • He taught himself how to self compose when he was in middle school.

  • His English name is Arthur.

  • Asahi’s hobbies are composing, soccer, and drawing.

  • Asahi can continuously kick a soccer ball, his highest record is 1000.

  • His three phrases are “Music is Everything”, “R&B”, and “Sweat Robot”

  • Asahi performed “Lay Me Down” for his introduction video.

  • He was the last member to be announced for Magnum.

  • Asahi trained for almost 3 years (as of July 2020).

source could be found here

Coretan Penulis

(cont.) … (cont.)
The story's still continuing.

" ... "
Noa's talking.

...
Without any symbolism is a direct dialogue from Noa for a brief conversation.

` ... `
Paraplot / Noa's direct action.

(…)
Out Of Character.

WN.
Writer's sentence.

  1. Halaman ini dapat berubah sewaktu-waktu mengikuti perkembangan karakter ;

  2. Akun ksg_noa berjalan dengan tujuan bermain Roleplay, yang dimana tidak ada maksud untuk menguntungkan atau merugikan pihak tertentu ;

  3. 𝑯𝒂𝒎𝒂𝒅𝒂 𝑵𝒐𝒂 merupakan karakter orisinil yang murni diciptakan oleh Penulis ;

  4. Semua peristiwa yang berkaitan dengan 𝑵𝒐𝒂 bersifat fiksi: murni hasil pemikiran, imajinasi atau ide/gagasan Penulis. Segala bentuk plagiasi akan diangkat secara serius ;

  5. Mohon untuk tidak melakukan God-Mod atau Metagaming karakter 𝑵𝒐𝒂, dan mohon ingatkan Penulis jika Penulis melakukan hal tersebut ;

  6. Mohon pengertiannya jika Penulis memiliki keterbatasan waktu dalam merespon interaksi ;

  7. Writer/=Character jadi, mohon dimaklumi ;

  8. Let’s get along well!.

Kisah Lama

He's not Cinderella

Konon katanya, asal ada cinta, bahagia itu sederhana.

Konon katanya, asal saling cinta, dunia bagaikan surga.

Diceritakan kisah seorang Permaisuri istana yang jatuh cinta kepada Ajudan Terbaiknya di sebuah kerajaan. Penuh drama dan konflik, diselingi bumbu-bumbu manis yang tidak terkuak kisahnya, hanya berdasar dari cakap angin antar insan sebagai saksi.

Wajah rupawan yang dipuja, perilaku pun tutur kata mulia yang dikagumi pula pusaka tiada habis melengkapi kesempurnaan sosok sang Permaisuri, secara kasat mata.

Laki-laki mana yang tidak luluh oleh kesempurnaan Permaisuri?

Hidup dalam lingkup kerajaan membuat Permaisuri terjebak dalam lingkar statis; kurang mengenal dunia luar, hanya setia pada kewajiban penerus tahta. Hal ini yang membuatnya tidak memiliki banyak relasi, ia percaya bahwa kualitas akan selalu menang dibanding kuantitas. Salah satunya adalah orang yang dipercaya Permaisuri.

Layaknya jarum yang terjerat magnet di dalam tumpukkan jerami, sang Ajudan Terbaik menjadi figur terkuat yang mampu menarik hati Permaisuri. Bagaimana tidak? Hampir 10 tahun hidup Permaisuri, kemanapun ia pergi pastilah didampingi si Ajudan Terbaik. Hingga tanpa sadar, keduanya terjebak dalam rasa aman dan nyaman.

Namun ini bukanlah kisah Cinderella yang dapat dengan mudahnya menarik orang asing tanpa kedudukan untuk masuk hierarki kerajaan. Permaisuri bukanlah Raja dalam dongeng. Permaisuri terikat oleh nama baik keluarga, terjerat dalam budaya dinasti rumpun pihak berkuasa.

Hanya satu pilihan di antara dua yang harus ia genggam; patuh pada hukum kerajaan atau melepaskan diri dari kerajaan.

Atas alasan cinta dengan sang Ajudan Terbaik, Permaisuri berani ambil resiko. Ia melepas posisinya serta seluruh kehidupan terbaiknya untuk hidup bersama dengan pilihan hidupnya.

Tepat setelah sumpah janji sehidup semati tersemat, Permaisuri dibawa pergi jauh ke pelosok negeri untuk menghindar dari berbagai cemooh yang merebak. Di kerajaan itu, satu-satunya penerus tahta kerajaan kini menghilang bersama Ajudan Terbaiknya. Berita yang tersebar mereka hidup bahagia bersama.

Namun sungguh, ini bukanlah kisah Cinderella yang tamat hanya karena menikah.

“Monster itu bilang, kehadiranku tidak diinginkan.”
“Monster itu bilang, Aku hanyalah beban.”
“Lalu Ibu bilang, Ibu bertahan sebab Ibu cinta.”

Ibu bilang, Aku merupakan ilustrasi kecil dari ribuan adam yang lahir dengan sambutan cinta, pada awalnya. Ibu bilang, Aku merupakan hadiah terindah dalam hidup Ibu… dan Dia.

Dia? Menjijikan.

Tidak bisa kubantah, Aku memang pernah merasakan kasih sayang dari sosok yang disebut Ayah. Ada secuil kenangan manis dimana tubuh mungilku dipeluk olehnya, pula tawanya yang turut mengundang tawaku hadir bersama.

Tapi apalah arti masa-masa itu jika akhirnya Aku hanya sebuah penyesalan baginya?

Aku ingat betul di malam ulang tahunku yang ke-5, pertama kalinya Aku mendengar Ibu dan Ayah berteriak satu sama lain. Dari balik selimut, Aku hanya bisa menangis. Menangis keras dengan harapan suaraku dapat meredam teriakan mereka, walau hanya berakhir harapan.

Sejak saat itu, hari demi hari tidak ada kata damai. Seringkali di tengah pertengkaran hebat mereka ada namaku disebut; beradu suarakan pendapat perihal apa yang terbaik untuk diriku.

Apa yang terbaik untukku? Menjijikan.

Mereka hanya saling beradu ego.

Aku paham betul kalimat-kalimat tuntutan Ibu perihal rumah yang begitu kecil, tempat tidur yang layak, keterbatasan bahan pangan hingga kebutuhan sandang Ibu yang begitu lusuh.

Ibu bilang, ia tidak nyaman dengan semua bahan-bahan pokok yang diberikan Ayah.
Ibu bilang, jika saja ia memilih untuk menuruti takdir, Ibu tidak akan merasa sengsara.
Ibu bilang, Ibu menyesal.

Aku paham betul sanggahan-sanggahan yang diberikan Ayah perihal ketidakmampuan Ayah untuk bekerja mengandalkan otot, ketidakmampuan Ibu untuk membantu Ayah hingga menyalahkan Ibu karena tidak ada modal yang diberi padahal Ibu sanggup jika mau.

Hari demi hari bergulir hingga berganti tahun, namun tidak ada perubahan dari sikap keduanya. Hingga sampai dimana Aku mengenal sekolah, sikap Ayah makin tidak terkendali. Perilakunya makin tidak manusiawi. Perlahan dari kekerasan verbal yang dilaku, fisik pun mulai diadu.

Secara saintis terbukti jelas bahwa wanita pasti lebih lemah dibanding laki-laki. Walau paham demikian, namun fakta bahwa luka-luka lebam serta tangisan Ibu yang menguar tidak mampu mengembalikan akal sehat Dia… Ayah.

Lambat laun bukan hanya Ibu, Aku pun ikut ambil bagian menjadi sasarannya karena Aku tidak ingin Ibu terus merasakan sakit.

Seruan kasar,
tuturan hardik,
tamparan,
cambuk,
pun hantaman berbagai benda,

kerap kali Aku dapatkan baik dalam kondisi Ayah sedang sadar atau dalam kondisi mabuk. Sosok Ayah yang Aku kagumi sebab seringkali membuatku tertawa dahulu, berubah menjadi seorang Monster.

Ya, Dia adalah Monster.

Ibu bilang, kemarahannya hanya pelampiasan belaka.
Ibu bilang, kemarahannya hanya sementara.
Ibu bilang, kemarahannya akan hilang jika kami bersabar.
Namun bagaimana jika kemarahannya sudah menjadi bagian dalam hidup?

Tangisan dan erangan yang Ibu ciptakan sama sekali tak mampu menghentikan aksi si Monster. Seringkali wajah ini beradu dengan tangan besarnya. Seringkali lengan ini dicengkram dan dihempas oleh tenaga kuatnya. Seringkali punggung ini dihantam sabuknya.

Semua yang dia lakukan hanya karena dia marah, tidak tahan dengan segala tuntutan Ibu namun Ibu hanya berdiam diri di rumah.

Aku tidak mampu berhenti merekam setiap perilaku si Monster; menjadikan aksi demi aksi kekerasan seakan lembaran memori yang terus berulang menghantuiku hingga saat ini.

Sakit.

Bahkan hanya dengan membayangkannya, tubuhku terasa sakit.

Pernah kala itu, Ibu didorong saat berusaha menahan tangan besar Monster untuk berhenti memukulku; membuat Ibu terhempas dan berbenturan dengan etalase penuh frame foto yang berjatuhan karenanya.

Telingaku mampu secara jelas menangkap bunyi pecahan kaca yang cukup nyaring, berpadu dengan mataku yang menangkap lumuran darah mengalir dari kepala Ibu.

Sejak saat itu, entah kenapa Aku merasa panik bahkan sakit ketika mendengar bunyi denting kaca atau bunyi hal-hal berjenis kaca yang jatuh. Tiap mendengarnya, lembaran memori saat Monster memukulku terus berdatangan hingga membuat sekujur tubuhku kaku.

“Jadi, Dok, apa yang salah denganku?”

“Sepertinya kau mengidap PTSD terhadap denting kaca, Noa. Suara kaca pecah lebih tepatnya.”

3rd POV.

Sejak kecelakaan mengenaskan yang dialami Mrs. Matsuo (Ibu Noa), ia memutuskan untuk berpisah dengan suaminya. Beruntung nyawa Mrs. Matsuo masih tertolong. Kecelakaan itu serta luka-luka lebam yang dimilikinya sukses menjadi bukti kuat untuk menjerumuskan Mr. Matsuo ke dalam penjara selama bertahun-tahun.

Tidak membutuhkan waktu lama untuk bisa kembali ke kehidupannya dahulu, Mrs. Matsuo menggenggam kembali marga sang Ayah menjadi Mrs. Hamada. Di usia 8 tahun, nama Matsuo Noa pun dihapus, berganti untuk mulai lembaran baru sebagai Hamada Noa.

Mrs. Hamada pulang dengan membawa segudang penyesalan telah menaruh harapan hidup kepada orang yang salah, Mr. Matsuo, Ajudan Terbaiknya. Kalau saja 8 tahun lalu Mrs. Hamada tidak menentang perintah kedua orang tuanya, mungkin ia tidak akan melewati hari-hari bagai neraka selama bertahun-tahun.

Setelah mendapat maaf sepenuhnya dari kedua orang tua, Mrs. Hamada kini kembali ke singgasana asal. Ia kembali terjun ke dunia bisnis perhotelan untuk meneruskan kerajaan; usaha bisnis yang dirintis secara turun temurun keluarga Hamada.

Noa yang dahulu lahir dalam lingkungan sangat sederhana, tidak mengetahui bahwa sang Ibu adalah seorang Permaisuri; satu-satunya penerus bisnis perhotelan keluarga Hamada.

Seiring berjalannya waktu Noa sadar, kisah ‘Dia Bukan Cinderella’ yang diceritakan sang Ayah saat dia masih kecil bukanlah dongeng, namun kisah nyata antara Ibu dan Ayahnya.

Walau sudah terbebas dari perlakuan kasar si Monster, nyatanya Noa masih belum terlepas dari jeratan masa lalu. Tidak jarang ia sulit tidur karena dihantui mimpi buruk, pun merasa panik dan cemas jika mendengar suara atau melihat kaca yang terjatuh.

Kecelakaan yang menimpa Ibunya benar-benar menjadi memori terkuat yang menghantui Noa sepanjang hidup.

Bertahun-tahun berlalu, Noa semakin sadar akan kewajibannya untuk terus membuat sang Ibu tersenyum; demi menghapus kenangan buruk yang dialami. Oleh sebab itu, ia tidak pernah menolak permintaan sang Ibu atau membantah sikap over-protective yang diberikan kepadanya.

Noa mengerti, semua demi kebaikan Ibu.

Termasuk keinginan sang Ibu perihal Noa yang akan menjadi pewaris tunggal bisnis perhotelan keluarganya. Sang Ibu memberikan segala yang terbaik untuk Noa, termasuk dalam bidang pendidikan.

(cont.)

Kintsugi High School, salah satu sekolah di Jepang yang memiliki daftar prestasi membanggakan telah menarik perhatian Mrs. Hamada. Terdengar diberitakan begitu banyak lulusan Kintsugi High School yang menjadi lulusan terbaik di jenjang pendidikan selanjutnya; menjadi alasan kuat untuk Mrs. Hamada mendaftarkan Noa ke Kintsugi High School .

Noa tidak sanggup menolak, terlebih ketika ia mendengar bahwa kedua sahabatnya sejak SMP, Eiji dan Yūkanna juga mendaftar ke Kintsugi High School. Eiji dan Yūkanna; dua insan yang telah ambil peran penting untuk mengenalkan Noa bahwa hidup itu penuh warna. Bisa dibilang, keduanya telah mampu membuat Noa untuk jujur dan lebih ekspresif perihal apa yang dirasa; marah, kesal, bahagia, tertawa pula merasa cukup atas dirinya sendiri. Hal ini karena Eiji dan Yūkanna tidak pernah membiarkan Noa sendiri; tidak jarang meminta bantuan Noa, pun menarik Noa ke dalam masalah-masalah sepele yang justru membuat hidup Noa lebih berwarna.

Kintsugi High School, merupakan langkah baru yang harus ia lalui dengan menanggung segudang harapan dan ekspektasi sang Ibu untuk meneruskan bisnis perhotelan Hamada; Hamada Hotel Premiere Grand. Akankah Noa sanggup memenuhi ekspektasi sang Ibu? Atau justru ia memilih untuk jujur dan egois demi menemukan arti bahagia untuk dirinya sendiri? Kemudian yang lebih penting untuk menjalani hidup, sanggupkah Noa melepas jeratan trauma masa lalunya?

Ikhtisar

  1. Noa merupakan putra tunggal dari Matsuo Reiden dan Hamada Yuuna.

  2. Dahulu, sang Ayah berprofesi sebagai Sekretaris Wakil Direktur Hamada Hotel Premiere Grand. Sedangkan sang Ibu merupakan putri tunggal keluarga Hamada yang memegang posisi sebagai Wakil Direktur Hamada Hotel Premiere Grand. Setelah keduanya menikah, mereka memutuskan untuk memulai kehidupan baru di pelosok negeri tanpa diberi bantuan finansial sepeserpun dari keluarga Hamada.

  3. Noa lahir di lingkungan sangat sederhana, tanpa mengetahui sang Ibu merupakan pewaris tunggal salah satu bisnis hotel terkenal di Tokyo.

  4. Perilaku Mr. Matuso mulai kasar sejak kebutuhan hidup keluarganya makin banyak namun pemasukan finansial makin sedikit. Selain itu, rasa tidak puas serta tuntutan tanpa akhir yang diminta istrinya makin membuat Mr. Matsuo frustasi dan memilih kekerasan agar istrinya bungkam.

  5. Kekerasan yang dilakukan Mr. Matsuo terus berlanjut tanpa henti hingga Noa pun menjadi sasaran demi melindungi ibunya. Hingga suatu hari, sang Ibu mengalami kecelakaan yang terjadi tepat di depan mata Noa.

  6. Sebab masa lalu yang menyakitkan, Noa mengidap PTSD terhadap suara denting kaca atau suara kaca yang jatuh.

  7. Setelah Ibu Noa pulih dari cedera akibat kekerasan yang dialami, ia menggugat cerai suaminya dan menuntut ke pengadilan atas kekerasan keluarga yang dilakukan Mr. Matsuo. Karenanya, Mr. Matsuo dipenjara bertahun-tahun.

  8. Setelah bercerai, Ibu Noa kembali menggandeng marga Hamada menjadi Hamada Yuuna. Noa berganti marga di usia 8 tahun dari Matsuo Noa menjadi Hamada Noa. Sejak saat itu Noa tahu bahwa sang Ibu merupakan sosok wanita kaya raya yang sangat dihormati orang banyak. Pun ia sadar bahwa ia harus menjalani kehidupan sebagai pewaris tunggal Hamada Hotel Premiere Grand.

  9. Walau sudah terbebas dari perlakuan kasar si Monster, nyatanya Noa masih belum terlepas dari jeratan masa lalu. Kecelakaan yang menimpa Ibunya menjadi memori terkuat yang menghantui Noa sepanjang hidup.

  10. Noa didaftarkan ke Kintsugi High School; menjadi langkah baru yang harus ia lalui dengan menanggung segudang harapan dan ekspektasi sang Ibu untuk bisa berprestasi dan meneruskan bisnis perhotelan Hamada.